HIJRAH KE HABASYAH (ETHIOPIA)


ACHMAD AINUL WAFA’

PART 5

HIJRAH KE HABASYAH (ETHIOPIA)


Ketika tekanan dari para pemuka Quraisy atas nabi SAW dan para pengikutnya makin besar, mereka tidak tahan lagi tinggal di Makkah. Mereka diperintahkan oleh nabi SAW ke negeri Habasyah (Ethiopia)  pada tahu ke 5 dari kenabian beliau. Meskipun penduduknya meskipun penduduknya menganut agama kristen, tetapi nabi mengetahui bahwa Negusnya (rajanya) yang bernama Najasyi suka menerima para pedagang dan pengungsi,  dan pengetahuan agamanya juga luas.  Maka kurang lebih 100 orang hijrah ke Habasyah, dan tak lama kemudian mereka kembali pulang ke Makkah.

Pada tahun ke 7 dari kenabian, kaum muslimin hijrah untuk kedua kalinya ke negeri Habasyah. Jumlah kaum muslimin yang hijrah kali ini 84 orang, 73 laki-laki dan 11 perempuan. Diantaranya mereka Ja’far bin Abi Tholib.

HIJRAH KE MADINAH (YATSRIB)

PENDUDUK YATSRIB MEMELUK AGAMA ISLAM

Peluang musim haji (Ziarah Ka’bah) dipergunakan nabi SAW untuk menyiarkan dakwahnya kepada orang-orang yang datng mengerjakan haji. Dengan ini beberapa penduduk Yatsrib memeluk Islam, yang kemudian mereka menyiarkan Islam di negeri mereka.

Pada musim haji berikutnya jumlah mereka semakin bertambah pada yang kedua ini berjumlah 70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Dengan sembunyi-sembunyi mereka memohon agar nabi Muhammad SAW sudi pindah mereka ke negeri mereka, dan berjanji akan membela dan memberi perlindungan atas diri nabi SAW. Permohonan orang-orang Yatsrib ini diketahui oleh nabi SAW dan menyuruh para sahabatnya untuk berangkat terlebih dahulu kesana.

Begitu rencana nabi SAW untuk hijrah tercium oleh para pemuka Quraisy, mereka sepakat untuk membunuh nabi Muhammad SAW. Namun berkat perlindungan Allah SWT yang maha Kuasa, nabi Muhammad SAW dan sahabatnya Abu Bakar As-Siddiq bisa keluar dari Makkah pada malam hari dengan selamat, sedang Ali bin Abi Tholib tinggal tidur di tempat tidur nabi Muhammad SAW.

YATSRIB MENJADI MADINAH AL-MUNAWWRAH

Sejak nabi SAW hijrah ke Yatsrib, kota itu dinamai Madinatur-rosul (Kota Rosul). Kemudian disebut Madinah atau Al-Madinah Al-Munawwarah (Kota yang di Karuniai Cahaya).

Dakwah Rosulullah SAW menyeru manusia untuk memeluk agama Islam disambut dengan gembira oleh warga Yatsrib, khususnya Aus dan Khazraj, yaitu dua diantara Kabilah Arab yang terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya.

Hari hijrahnya Rasulullah SAW dan para sahabatnya pada 16 Juli 622 M dipandang sebagai permulaan zaman baru, zaman yang membentangkan peluang pengembangan agama Islam dan kaum muslimin. Oleh karena demikian maka ia dijadikan sebagai awal perhitungan tahun Qamariah dengan nama ‘tahun hijrah’. Yang pertama kali menggunakan ialah Khalifah Umar bin Khattab r.a.

SINAR ISLAM DI MADINAH

MUHAJIRIN DAN ANSHAR SEBAGAI PERISAI ISLAM

Setelah dakwah Islam telah menyeluruh di kota Madinah, tidak lama kemudian para tonggak pembela agama Islam sudah banyak, mereka senantiasa siap sedia mengorbankan apa saja untuk membela nabi SAW dan agamanya. Sementara itu beliau mulai mengatur kota Madinah. Beliau dirikan sebuah Masjid Raya tempat mengajarkan syariat Islam dan untuk menyemarakkan syiar agamanya. Warga Yatsrib berhasil beliau satukan dengan ikatan tali cinta kasih. Kaum yang menyambut hijrahnya nabi SAW dan para sahabatnya ini dinamakan dengan Al-Anshar (Penolong).

Antara orang Muhajirin (Sahabat-sahabat yang pindah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar diberikan oleh nabi SAW hak yang sama. Muhajirin dan Anshar menjadi tiang pancang perkembangan Islam, sendi kebesaran dan keagungan.

Nabi SAW melarang penduduk Madinah melakukan pertumpahan darah dan balas dendam seperti yang terdapat pada masa jahiliyah. Nabi SAW menyuruh mereka datang meminta keputusan kepadanya dalam segala perselisihan yang terjadi diantara mereka. Dengan demikian nabi SAW telah meletakkan dasar-dasar pemerintah Islam. Demikianlah nabi SAW senantiasa menganjurkan semangat persaudaraan mengasihi anak-anak yatim, perempuan janda, hamba sahaya, dan perbuatan peri kemanusiaan yang sejati dan benar.        

Komentar